Senin, 04 Juni 2012

ringkasan soiolinguistik


RINGKASAN SOSIOLINGUISTIK   (kajian teori dan analisis)

OLEH
MUHAMMAD DANIAL
20401109064


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAKASSAR
2012


                                                                                                                                            RINGKASAN SOSIOLINGUISTIK
DATA BUKU

Judul Buku            : Sosiolinguistik: Kajian Teori dan Analisis
Nama Pengarang   : Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A.& Muhammad Rohmadi, S.S., M. Hum.
Tahun Terbit          : 2006
Halaman                : 246 HLM
Penerbit                 : Pustaka Pelajar
Kota Terbit            : Yogyakarta



BAB 1
LINGUISTIK DAN SOSIOLINGUISTIK

1. Ranah Linguistik

Ranah lingustik terdapat tiga macam pendekatan yang sangat dikatakan paling penting dalam perkembangan linguistik ketiga pendekatan itu adalah pendekatan linguistik (teoretis), sosiolinguistik dan pragmatik.

2. Ranah Sosiolingustik

Teori (struktural,transformasi,takmemik dan sebagainya), sosiolinguistik, dan pragumatik masing masing memiliki sudut pandang yang bebrbeda-beda agaknya tidak dapat di pungkiri bahwa ketiga paham linguistik ini memandang konteks sebagai bagian bahasa yang penting. Fariasi bahasa tidak hanya ditemukan dalam tataran fonologi, tetapi juga dalam tataran morfologi, alomorf-alomorf juga merupakan variasi bahasa yang berkonteks lingual. Adapun konteks lingual itu adalah bunyi awal bentuk dasar yang dilekatinya. Berbagai tindak tutur bersama bersama faliditasnya, presuposisi dan implikatur percakapan, prinsip kerja sama sebagai perwujudan retorika interpersonal diluar jangkauwan sosiolinguistik untuk membicarakanya. Masalah-masalah ini ditampung dalam pragmatik. Linguistik, sosiolinguistik, dan pragumatik masih memiliki keterkaitanya satu sama lain dalam kajian teori dan analisisnya secara kontekstual.

3. Kontekstual dalam sosiolingustik

Sosio linguistik sebagai cabang kinguistik memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubunganya dengan pemakai bahasa di dalam masyarakat, karena dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebgai individu akan tetapi sebagi masyarakat sosial.

Kesimpulan Bab pertama ini berisi tentang ranah linguistik, ranah sosiolingusitik, dan kontekstual dalam sosiolinguistik. Menurut pandangan sosiolinguistik, bahasa mengandung berbagai macam variasi sosial yang tidak dapat dipecahkan oleh kerangka teori struktural, dan terlalu naif bila variasi-variasi itu hanya disebut performansi. Tugas seorang sosiolinguis adalah menerang-jelaskan hubungan antara variasi-variasi bahasa itu dengan faktor-faktor sosial, baik secara situasional maupun implikasional. Sosiolinguistik sebagai cabang linguistik memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa di dalam masyarakat, karena dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu akan tetapi sebagai masyarakat sosial.


BAB II
EKSPLANASI SOSIOKULTURAL BAGI SEJUMLAH PERMASALAHAN KEBAHASAN BAHASA INDONESIA

1. Pendahuluan

Faktor-faktor sosiokurtural pertuturannya tentu saja mengasumsikan pentingnya pengetahuan dasar-dasar linguistik dengan berbagai cabangnya seperti fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik dalam dalam menjelaskan fenomenfenomena menjadi objek kajianya.

2. Kajian Teori

Ada tiga macam dialog mengenai seluk beluk hubungan antara bahasa dengan sturktur macam penuturnya, ketiga macam itu adalah :

a. Struktur masyarakat mempengaruhi bahasa
b. Struktur bahasa mempengaruhi struktur masyarakat, dan
c. Struktur bahas dan masyarakat saling pengaruh- mempengaruhi
3. Beberapa permasalahan

Beberapa permasalahan yang dikemukakan pada bagian ini yakni permasalahan-permasalahan graumatik meliputi:

a. Klitika-nya
b. Morfofonemik me(N)- dengan dasr kata asing
c. Kendala seleksi afiks
d. Kata majemuk berstruktur beku
e. Penataan wacana
4. Catatan penutup

Apa yang dicatat dari urayaan diatas, adalah bahwa graumatika yang mengatur sistematika sebuah bahasa tidak semata berdimensi linguistik tetapi seringkali berdimesi pulah sosiokultural.

Kesimpulan Pada bagian bab ini dimpulkan bahwa, Seseorang tidak dimungkinkan menjadi seorang sosiolinguis bila tidak mengetahui atau menguasai secara relatif mendalam keempat cabang ilmu bahasa linguistik (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik). Tokoh yang secara ekstrim menolak dipertimbangkannya faktor luar bahasa untuk menjelaskan masalah kebahasaan ialah Chomsky (1965). Hubungan antara bahasa dengan struktur masyarakat penuturnya ialah struktur masyarakat mempengaruhi bahasa, struktur bahasa memengaruhi struktur masyarakat, dan struktur bahasa dan masyarakat saling pengaruh-memengaruhi.




BAB III
KEBIJAKAN BAHASA DAN DINAMIKA BAHASA-BAHASA DAERAH DI INDONESIA

1. Diglosia dan Kebocoran Diglosia

Diglosia adalah situasi pemakaian bahasa yang stabil karena setiap bahasa diberi keleluasaan untuk menjalangkan fungsi kemasyarakatanya secara proporsional.

2. Dominasi dan subordinasi bahasa

Semua bahasa adalah sama dalam artian kesemuanya merupakan alat komunikasi bagi penutur –penuturnya, dan masing-masing merupakan representasi keunikan penutur-penuturnya dalam mengungkapkan pengalaman dan memandang dunia sekitarnya. Oleh karena itu setiap bahasa sebenarnya berpotensi untuk menjadi bahasa dunia.

3. Globalisasi bahasa-bahasa daerah


Keseragaman memang merupakan sesuatu yang penting dalam membangun kesatuan bangsa, tetapi juga ada kekeliruang besar billah menganggapnya sebagai alat yang efektif untuk membangun bangsa atas dasar keberagaman etnik, seperti pandangan Smith.

Kesimpulan Keleluasaan dalam mengembangkan program penegembangan bahasa daerahnya. Salah satu faktor yang sangat besar peranannya dalam menentukan kelangsungan hidup suatu bahasa adalah kebijakan bahasa yang digariskan oleh pemerintah yang dilaksanakan lewat lembaga yang paling berkompeten yang ditunjuk oleh pemerintah membina dan mengembangkan bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di suatu negara, seperti Pusat Pembinaan Bahasa di Indonesia. Diglosia adalah situasi pemakaian bahasa yang stabil karena setiap bahasa diberi keleluasaan untuk menjalankan fungsi kemasyarakatannya secara proporsional. Sebagai akibat dari kebocoran dislosia (diglossia leakage) di sana-sini semakin lama semakin tidak terelakkan lagi, dan sejumlah bahasa daerah kian menuju ambang kepunahan jauh hari sebelum sempat dideskripsikan. Kekuatan bahasa dapat diukur dengan sejumlah indikator, diantaranya demografi, persebaran, ekonomi, ideologi, dan kultural.

BAB VI
MASYARAKAT TUTUR

a. Batasan Masyarakat Tutur

Konsep masyarakat tutur homogen ( homogenous speech kommunity) yang diajukan chomsky mengingkari jelas fakta bahwa masyarakat tutur tersusun atas, anggota yang memiliki ciri fisik, kepribadian, status sosial, ekonomi, tingkat pendidikan, asal kedaeraan yang memakainya berbeda-beda. Faktor lainya seperti umur jenis kelamin, tingkat keakraban, latar belakang keagamaan.

b. Penutur Berkompeten & Penutur Partisifatif

Seorang penutur yang berkompeten berkompeten memiliki
- Pengetahuan mengenai graumatika dan kosa kata suatu bahasa
- Pengetahuan mengenai kaidah-kaidah bahasa
- Pengetahuan tentang bagimana mengunakan dan merespons tipe-tipe tinda tutur yang berbeda-beda.
- Pengetahuan tentang bagimana berbicara secara wajar

c. Gegar Budaya dan Anekdot Verbal Penutur Partisifatif

 gegar budaya (culture shock) lasim dialami oleh orang-orang yang baru berkenalan atau bersentuhan dengan budaya baru. Semakin jauh perbedaan budaya seseorang dengan budaya baru yang dimasukinya semakin banyak pulah gegar budaya yang dialaminya.

Kesimpulan Masyarakat tutur adalah sekelompok orang dalam lingkup luas atau sempit yang berinteraksi dengan bahasa tertentu yang dapat dibedakan dengan kelompok masyarakat tutur yang lain atas dasar perbedaan bahasa yang bersifat signifikan. Gegar budaya (culture shock) lazim dialami oleh orang-orang yang baru berkenalan atau bersentuhan dengan budaya masyarakat yang baru.


BAB V
PERMAINAN BAHASA DALAM MASYARAKAT MULTILINGUAL

a. Permainan bahasa

Permainan bahasa adalah eksploitasi unsur (elemen) bahasa, seperti bunyi, suku kata, bagian kata, kata, frase, kalimat, dan wacana sebagai pembawa makna atau amanat (maksud) tuturan sedemikian rupa sehingga elemen itu secara graumatik , semantik maupun pragmatik hadir tidak separatis semestinya.

Jenis-jenis permaianan bahasa dalam situasi multilingual di indonesia, yakni beberapa perihal permainan bahasa yakni:
1. Permaina inrabahasa
2. Permainan antar bahasa
- Permainan antar bahasa daerah
- Permainan antarbahasa bahasa daerah dan bahasa indonesia
- Permainan antar bahasa indonesia atau bahasa daerah dengan bahasa asing

b. Cacatan Penutup

Ada dua fenomena penting yang dapat dicatat dalam hubunganya dengan permainan bahasa dalam situasi multikurtural dan multilingual. Pertama adalah fenomena yang bersifat lingual atau ekstralingual. Fenomena yang kedua menunjukan adanya kenyataan bahwa penutur-penutur bahasa atau dialek secara sosial dan kultural tidaklah sama, dalam hal ini bahasa ada yang penuturnya secara sosial, ekonomi atau politik.

Kesimpulan Permainan bahasa adalah eksploitasi unsur (elemen) bahasa, seperti bunyi, suku kata, bagian kata, kata, frase, kalimat, dan wacana sebagai pembawa makna atau amanat (maksud) tuturan sedemikian rupa sehingga elemen itu secara gramatik, semantik, maupun pragmatis akan hadir tidak seperti semestinya. Permainan bahasa yang disengajakan akan menimbulkan guyonan (joke), sedangkan yang tidak disengajakan akan memunculkan humor (humor).

BAB VI
PERTAHANAN DIALEK BANYUMAS TERHADAP DOMINASI DIALEK SOLO-YOGYA

Kesadaran akan relativitas bahasa pandangan-pandangan etnosentris yang menganggap budaya sendiri lebih unggul dari budaya orang lain akan dapat dihindari. Pemusnahan bahasa adalah cara yang paling berbahaya karena akan memunahkan etnis penutur bahasa bersangkutan. Jalan yang paling tepat ialah mengkondisikan sedemikian rupa sehingga bahasa Jawa estándar dan dialek-dialeknya hidup bersama-sama secara damai dalam situasi multidialektal yang stabil. Pemeliharaan sebuah bahasa tidak cukup hanya dengan usaha mendeskripsikan sistem kebahasaan dan wilayah pemakaiannya, seperti yang telah dilakukan oleh para ahli bahasa selama ini. Kebanggaan berbahasa (linguistic pride), di samping kesadaran akan norma (awareness of norm) dan loyalitas bahasa (language loyality), merupakan faktor yang amat penting bagi keberhasilan usaha pemertahanan sebuah bahasa dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal dari masyarakat pemilik bahasa yang lebih dominan yang secara ekonomis dan politis memiliki pengaruh yang lebih besar.


BAB VII
SANDI DALAM BAHASA JAWA DAN BAHASA BALI

a. Pengantar

Bahasa bali dan bahasa jawa adalah dua bahasa yang secara genetik sekerabat. Kedua bahasa ini termasuk ke dalam rumpun bahasa ausronesia, sebagai bahasa yang serumpung dilihat dari leksikkonnya kedua bahasa ini berbagi menunjukan berbagai korenspondensi fonologis.

b. Kesimpulan

Persandian atau lebih ringkasnya disebut sandi adalah proses berubahnya dua buah bunyi menjadi bunyi lain akibat pertemuan keduanya dalam sebuah kata. Uchlenbeck (1982, 79-80) menyebut peristiwa sandi (luar) yang terjadi dalam bahasa Jawa dengan kontraksi vokal, misalnya perubahan vokal yang terjadi pada proses morfofonemik kalEn ‘sungai kecil’ dari {kali} plus {-an}. Sudaryanto (1992, 35-37) dalam menguraikan proses morfofonemik bahasa Jawa agaknya lebih tertarik untuk mengamati perubahan yang terjadi pada afiks-afiks yang membentuk kata jadiannya, seperti perubahan {-i} menjadi –ni. Metode yang dipakai ialah penggabungan antara pendekatan sinkronis dan pendekatan diakronis.

BAB VIII
MAKIAN DALAM BAHASA INDONESIA:
“Studi tentang Bentuk dan Referensinya”

Ekspresi dengan makian adalah alat pembebasan dari segala bentuk dan situasi yang tidak mengenakan walaupun tidak menolak adanya fakta pemakaian makian yang secara pragmatis untuk mengungkapkan pujian, keheranan, dan menciptakan suasana pembicaraan yang akrab.




BAB IX
TIGA JENIS KONVENSI DALAM ANEKDOT-ANEKDOT-ANEKDOT ”PENGALAMANKU”

Tiga jenis konvensi dalam anekdot-anekdot rubrik ”Pengalamanku” ialah konvensi bahasa, konvensi humor, dan konvensi budaya. Keterkaitan antara konvensi bahasa dan konvensi budaya semakin mengukuhkan keyakinan bahwa pemahaman terhadap aspek-aspek kebahasaan memprasyaratkan pemahaman terhadap aspek budaya.

BAB X
BUDAYA MENULIS DAN PELUANG ”HIDUP” TULISAN DI MEDIA

a. Peluan Profesi Penulis Sangat Menjanjikan

Yang terpeting sekarang untuk menulis adalah belajar, berkreasi, berekspresi, secara inovatif untuk mendapatkan pengalaman baik di kampus maupun diluar kampus secara maksimal.

b. Rendahnya Tradisi Menulis

Beberapa faktor utama yang menyebabkan kemandulan dalam proses kreatif para mahasiswa dan remaja dalam dunia tulis menulis. Faktor pertama adalah mahasiswa kurang mencintai dunia tulis menulis. Faktor kedua adalah kurangnya bekal dan pelatian penulisan atu jurnalistik bagi mahasiswa. Latihan menulis adalah salah satu jalan cepat dan efektif untuk menjadi seorang penulis yang sukses.

c. Menulis Dari Media Kampus ke Media Cetak

Tidak ada kata terlambat bagi para calon penulis yang belum melatih proses kreatifnya sejak awal. Proses kreatif menulis ini dapat dimulai dari bangku kuliah yaitu mulai dari penuliasan makalah, kariyah tulis, naskah-naskah, teater, puisi-puisi picitan, dan resensi buku-buku bermutu sebagai sdisi yang terbaru.

d. Keuntungan Menjadi Penulis

Menghargai proses adalah satu kebanggaan tersendiri bagi seorang penulis. Keuntungan menjadi seorang penulis yang tampak secara nyata dalam kehidupan kita adalah sebagai berikut:

- Mendapat honorarium yang sangat menarik dari tulisan-tulisan kita dimuat di media massa atau media cetak.
- Kita memiliki kebanggaan pribadi karena tulisan kita dapat muat disala satu media massa cetak baik lokal maupun nasional sehingga, nama kita ide kita dapat dibaca dan diketahui oleh semua masyarakat baik pratisi, akademi, klien kiat
- Nama kita akan dikenal oleh para akademisi, praktisi media masa cetak redaktur dan para editor penerbitan.

e. Hakikat-hakikat Menulis di Media Mass C etak


Usaha yang di lakukan adalah perluh kita mecoba dan mencobajangan pernah takut mecobah menulis di media massa. Hal-hal yang perluh peratikan adalah sebagai berikut:

1. 1. Persyaratan menulis
2. Etika penulisan
3. Memahami karakter redaktur
4. Mengenal kerja redaktur
5. Setrategi pengiriman naskah
6. Mengenali kelemahan

kesimpulan Kenyataan lapangan-lapangan kerja penulis yang begitu luasnya membuka cakrawala kita bahwa penulis memiliki lahan yang sangat subur dan dapat dijadikan sebagai profesi yang menjanjikan di masa depan. Keuntungan menjadi seorang penulis yang tampak secara nyata dalam kehidupan kita adalah pertama, mendapatkan honorarium yang sangat menarik dari tulisan-tulisan kita yang dimuat di media massa cetak atau majalah baik lokal, nasional, maupun internasional. Kedua, memiliki kebanggaan pribadi karena tulisan kita dimuat di salah satu media cetak yang dibaca banyak orang. Ketiga, nama kita akan dikenal oleh para akademisi, praktisi media massa cetak, redaktur, dan para editor penerbitan, sehingga akan membuka jalan untuk keberhasilan kita di masa-masa yang akan datang.


BAB XI
KARAKTERISTIK WACANA RUBRIK ”WONGSOLO NGUDARASA” SOLO POS

Penulis menggunakan sarana kebahasaan untuk berkomunikasi dengan pembaca, yaitu menggunakan sarana bahasa tulis. Media yang digunakan penulis untuk berkomunikasi dengan pembaca adalah media surat kabar, sehingga penulis mau tidak mau harus mengikuti aturan jurnalistik, yaitu menggunakan ragam bahasa yang singkat, jelas, sederhana, dan menarik. Sarana kebahasaan yang dimanfaatkan penulis adalah ragam informal, bentuk-bentuk singkatan, dan aspek-aspek situasional.


BAB XII
KEKHASAN JUDUL-JUDUL BERITA ARTIS DALAM MEDIA MASSA CETAK

Setiap media massa akan mempunyai karakter dan corak masing-masing sesuai dengan misi dan visi yang akan diberikan kepada masyarakat dan publik pembacanya. Pemberitaan dalam media cetak ialah singkat, jelas, dan efisien.

Secara umum pornografi sebagai istilah yang berhubungan dengan masalah seksual secara langsung. Sedangkan asosiasi pornografis lebih mengacu pada bentuk-bentuk lingual yang dapat diasosiasikan dengan hal-hal yang berbau seksualitas, akan tetapi maksud penulis lain dari apa yang tersurat dalam tulisan tersebut. Aspek-aspek kebahasaan yang digunakan judul-judul berita artis dalam media massa cetak yaitu:

1. memanfaatkan ragam bahasa informal,
2. menggunakan kalimat-kalimat pendek, dan
3. menggunakan bahasa lugas dan kias.


 KESIMPULAN / KOMENTAR

Buku sosiolinguistik: Kajian Teori dan Analisis, mengulas masalah-masalah sosiolinguistik dan aspek teori dan analisis. Temana setiap bab krusial yang diangkat dalam buku ini meliputi, antara lain: linguistik dan sosiolinguistik, eksplanasi sosiolinguistik, dinamika bahasa, masyarakat tutur, permainan bahasa, pemertahanan dialek sandi dalam bahasa Jawa, makian dalam bahasa Indonesia, tiga jenis kode, karakteristik bahasa penyiar, karakteristik wacana ”Wong Solo Ngadurasa”, dan kekhasan judul-judul berita artis. Buku ini diilhami dari pengembangan konsep teori-teori sosiolinguistik yang meliputi variasi bahasa, pemilihan bahasa, karakteristik, dan kontekstual bahasa. Buku ini merupakan gabungan pemikiran penulis dalam berbagai diskusi dan kajian terhadap masalah-masalah sosiolinguistik, baik secara teoritis maupun analisis.

Buku ini sangat penting untuk menjadi pegangan mahasiswa S1, S2, dan S3. selain itu juga penting untuk pegangan dosen dan peneliti bahasa. Kajian yang dilakukan penulis lebih mengarah pada aplikasi agar para pengguna buku ini memiliki bahan perbandingan dan menemukan model-model analisis dalam penelitian dengan pendekatan sosiolinguistik. Setelah saya membaca buku ini, pengetahuan saya mengenai kajian sosiolinguistik menjadi bertambah. Buku ini membahas sesuatu yang baru mengenai sosiolinguistik, seperti makian dalam bahasa Indonesia. Selain itu, buku ini dapat dijadikan literatur dalam perkuliahan sosiolinguistik karena buku ini cukup lengkap.

Penulisan atau pengetikannya pun rapi dan jelas. Banyaknya contoh membuat pembaca dapat mengerti dengan jelas apa yang dibahas oleh penulis. Buku ini cocok untuk pemula yang ingin menjadi sosiolinguis karena banyaknya kutipan dari tokoh-tokoh linguis dan sosiolinguis. Namun ada beberapa kekurangan dari buku ini. Yang utama ialah penulis terlalu panjang lebar saat membuat pendahuluan dalam beberapa bab. Pembaca menjadi tidak bisa mengambil inti pokok permasalahan. Kemudian ada kesalahan penulisan pada beberapa bagian. Namun itu hal yang lazim terjadi pada sebuah buku.